Sabtu, 16 Juni 2012

Risk and Return

1.        Latar Belakang
Investasi merupakan pemilihan terhadap perimbangan antara risiko (risk) dan harapan keuntungan (expected return) yang terkait pada sebuah objek (Teamwork, 1998). Besar kecilnya expected return investment sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang sumbernya di luar investasi. 
Tujuan utama berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko yang harus dihadapi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi tersebut. Mengetahui secara pasti besarnya return yang dapat diperoleh dari suatu investasi di masa yang akan datang tidaklah mudah. Return investasi yang didapatkan di masa yang akan datang mungkin berbeda dengan estimasinya.
Salah satu bidang investasi yang cukup menarik tetapi tergolong cukup berisiko tinggi adalah berinvestasi pada saham (berinvestasi di pasar modal). Saham perusahaan yang telah go public tergolong memiliki risiko yang sangat tinggi karena sifat komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi baik perubahan yang terjadi di luar negeri maupun perubahan yang terjadi di dalam negeri khususnya perubahan dalam bidang ekonomi, politik, dan moneter suatu negara. Perubahan yang terjadi tersebut dapat berdampak positif yang ditandai dengan meningkatnya nilai kurs saham perusahaan maupun dampak negatif yang ditandai dengan menurunnya nilai kurs saham.
Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang mempengaruhi kondisi perusahaan emiten, sehingga dapat meminimalisasi kerugian yang dapat timbul dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan emiten yang bersangkutan.
Dalam pemilihan suatu investasi yang baik diperlukan suatu alat yang mendukung agar keputusan investasi yang diambil oleh seorang investor menjadi tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Khrishnamurti (2009:21), yang menyebutkan bahwa untuk menganalisis efek dan membuat keputusan investasi dapat digolongkan pada dua kategori yang sangat luas yaitu analisis fundamental dan teknikal.
”Theme thousandth to analyze securities and make investment decisions fall into two very broad categories: fundamental analysis and technical analysis. Fundamental analysis involves analyzing the characteristics of a company to estimate its value. Technical analysis takes a completely different approach; it does not care one bit about the “value” of a company or a commodity. Technicians (some times called chartists) are only interested in the price movements in the market”. (Khrishnamurti, 2009:21)

Beberapa perkembangan kondisi moneter sebagai salah satu indikator dari analisis fundamental secara tidak langsung akan berdampak pada perkembangan dunia investasi yang terjadi di Indonesia. Kondisi makro ekonomi menjadi salah satu indikator yang sangat mempengaruhi keputusan investasi yang dilakukan oleh para investor. Kondisi tersebut tercemin pada perkembangan pasar modal yang menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai salah satu mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah.
Perkembangan pasar modal yang begitu cepat sangat dipengaruhi oleh daya tarik dari pasar modal tersebut bagi para investor sebagai salah satu pilihan tempat yang dapat dipercaya untuk berinvestasi dengan banyak pilihan jenis investasi yang dapat dilakukan yang sesuai dengan analisis yang tepat dan keberanian dalam mengambil risiko dengan harapan dapat memaksimalkan return dengan risiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya, karena berdasarkan teori keuangan menyebutkan bahwa apabila risiko suatu investasi yang dilakukan maka tingkat keuntungan yang disyaratkan juga akan semakin besar.
Perusahaan yang memiliki saham-saham unggulan adalah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, dan dapat mempertahankan harga saham meskipun kondisi perekonomian tidak mendukung. Kondisi perusahaan yang selalu stabil merupakan salah satu dambaan para investor.
Salah satu informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor adalah informasi tentang laporan keuangan atau laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan minimal sekali dalam setahun. Perusahaan yang telah go public berkewajiban untuk menerbitkan laporan keuangan mereka melalui Bursa Efek Indonesia, hal tersebut dimaksudkan sebagai salah satu bentuk transparansi yang dilakukan agar publik dapat mengetahui perkembangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan berisi informasi tentang neraca perusahaan, laporan Laba Rugi perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu alat bagi para investor untuk menentukan sikap apakah membeli atau melepas saham perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan yang terbentuk di pasar modal pada dasarnya terbentuk karena adanya kekuatan dari mekanisme pasar. Mekanisme pasar sendiri bersumber dari kinerja perusahaan atau cermin dari keputusan pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan mekanisme pasar tersebut, investor harus dapat melakukan analisis yang tepat dalam pemilihan saham sebagai suatu keputusan investasi yang diambil. Terdapat dua analisis yang dapat dipergunakan oleh calon investor dalam membantu memberikan keputusan yang tepat untuk pembelian saham yang akan dilakukan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental dapat membantu para investor dan calon investor untuk mengetahui apakah harga saham tersebut terlalu mahal atau murah sehingga investor atau calon investor dapat mengambil keputusan untuk melepaskan atau membeli saham dari masing-masing emiten tersebut.
Berbagai pemahaman tentang analisis teknikal yang berkembang saat ini. Analisis teknikal pada dasarnya adalah suatu analisis harga saham yang berdasarkan pada grafik harga saham yang terbentuk. Ada beberapa pendapat tentang analisis teknikal sebagaimana diungkapkan oleh Edward & Magee (2001) sebagai berikut:
“The term "technical" in its application to the stock market, has come to have a very special meaning, quite different from its ordinary dictionary definition.  It refers to the study of the action of the market itself as opposed to the study of the goods in which the market deals. Technical Analysis is the science of recording, usually in graphic form, the actual history of trading (price changes, volume of transactions, etc.) in a certain stock or in "the Averages" and then deducing from that pictured history the probable future trend”. (Edward, & Magee., 2001:45)

2.    Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah studi harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama. (Salim, L. 2003:2). Analisis teknikal adalah salah satu cara membuat keputusan untuk melakukan transaksi, baik buy atau sell berdasarkan data harga pada masa lampau (data sejarah). (www.belajarmarketiva.web.id, 2010) Harga pergerakan mata uang yang setiap detik direkod dan dilakukan sebuah analisis untuk menentukan harga yang akan datang (prediction / forecasting). Dalam teori analisis teknikal dikenal dengan sebuah prinsip bahwa harga akan bergerak naik atau turun mengikuti trend atau pola-pola tertentu sehingga tidak mungkin harga saham akan bergerak secara acak atau tidak beraturan.
Analisis teknikal yang dipergunakan saat ini berasal dari Dow Theory pada tahun 1900 oleh Charles Dow. Teori ini mencakup beberapa prinsip seperti tren harga, harga melakukan diskon pada semua informasi yang diketahui, konfirmasi dan penyimpangan (divergence), volume yang mencerminkan perubahan harga dan dukungan atau tahanan (support/resistance).
Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang mungkin berlaku berbanding dengan perilaku harga sebelumnya. Sekalipun analis teknikal mempertimbangkan data-data statistik lainnya, namun peranti utama analisis adalah pada grafik harga yang dianggap dapat memenuhi ramalan harga terkini dan kecenderungannya.
Dalam analisis terknikal dikenal dengan istilah indikator yang merupakan sekumpulan (time series) data (data point) yang dihasilkan dari penggunaan sebuah formula terhadap data harga suatu sekuritas. Data harga tersebut dapat berupa kombinasi dari harga pembukaan (open), tertinggi (high), terendah (low), atau penutupan (close) dalam sebuah rentang periode. Beberapa indikator mungkin hanya menggunakan data harga penutupan saja, sedangkan yang lain juga menggunakan volume atau harga pembukaan dalam formulanya.
Tujuan pokok mengamati grafik adalah:
1.         Secepat mungkin menemukan kecenderungan harga yang terbentuk dari harga saham.
2.         Memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan dari masing-masing harga saham tersebut.
3.         Memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar saham. (www.asiaroxy.com, 2010)

Sebuah indikator menawarkan sebuah perspektif yang berbeda-beda dari cara menganalisis sebuah pergerakan harga saham. Dari yang sederhana seperti moving average yang menawarkan interprestasi yang relatif mudah dipahami dari formula yang juga sederhana sampai seperti stochastic yang dihasilkan dari formula yang lebih rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih dalam menginterprestasikan informasi yang dihasilkan. Berdasarkan kompleksitas dari formula yang digunakan, indikator dapat menyajikan perspektif yang unik dalam menilai aksi pergerakan harga. Secara umum indikator memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1.        Untuk memberikan peringatan (alert). Dipergunakan untuk mengawasi akan terjadinya penembusan pada garis support atau resisten.
2.        Memberikan konfirmasi (confirm), dan
3.        Menjadi suatu alat untuk memprediksi (predict).

2.1.  Stochastik Oscillator (SO)
Stochastic Oscillator (SO) adalah indikator momentum yang dikembangkan oleh George C. Lane pada akhir 1950-an, untuk membandingkan harga penutupan suatu komoditi terhadap rentang harga dalam suatu periode tertentu. (Bickford., 2007:32) Pada dasarnya indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari harga terakhir terhadap rentang harga tertinggi dan harga terendah selama periode rentang waktu sesuai dengan yang diinginkan yang menunjukkan lokasi dari penutupan harga saat ini relatif terhadap wilayah titik tinggi-rendah selama periode waktu tertentu. Tingkat harga penutupan yang secara konsisten berada dekat wilayah tinggi mengindikasikan akumulasi (tekanan beli) dan yang berada dekat wilayah rendah mengindikasikan distribusi (tekanan jual).
Stochastic oscillator mempunyai empat variabel sebagai berikut:
1)        %K Periods
Nilai ini adalah jumlah jangka waktu yang digunakan dalam perhitungan stochastic.
2)        %K Slowing Periods
Nilai ini mengontrol pemulusan internal dari %K. Nilai 1 dianggap stochastic cepat; nilai 3 dianggap stochastic lambat.

3)        %D Periods
Nilai ini adalah jumlah jangka waktu yang digunakan untuk menghitung moving average dari %K. Moving avarage disebut “%D” dan umumnya ditampilkan sebagai garis putus-putus di atas %K.
4)        %D Method
Metode (yaitu, Exponential, Simple, Time Series, Triangular, Variable, atau Weighted) yang digunakan untuk menghitung %D. (Salim.,  2003:265)

Indikator stochastic oscillator ini dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut dan dapat dikembangkan dengan merubah periode waktu yang digunakan dalam perhitungan harga tertinggi dan terendah.


Alat analisis ini merupakan salah satu momentum oscillator yang menunjukkan posisi closing saat ini (current) secara relatif terhadap range transaksi dalam periode tertentu. Closing level yang konsisten berada pada kondisi puncak (peak) merupakan indikasi terjadinya accumulation (buying pressure). Sebaliknya, closing level yang konsisten berada pada bottom, mengindikasikan terjadinya distribution (selling pressure).

a)        Perhitungan Stochastik Oscillator
Stochastic oscillator membandingkan antara harga penutupan pada suatu saat dan jangkauan harga selama jangka waktu tertentu. (Salim., 2003:263). Pemikiran yang melatar belakangi indikator ini adalah kecenderungan harga untuk mendekati harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya pada saat nilai pasar naik (bullish) dan mendekati nilai terendah yang pernah dicapai sebelumnya pada saat nilai pasar menurun (bearish). Sinyal transaksi dapat ditentukan saat osilator stochastic memotong garis pergerakan rata-rata (moving average).
Dua indikator stochastic oscillator biasanya digunakan untuk menghitung variasi pergerakan harga kedepan, yaitu suatu stochastic cepat (%K) dan stochastic lambat (%D). Perbandingan dari statistik ini adalah merupakan suatu indikator kecepatan yang bagus guna menentukan pada harga berapakah perubahan akan terjadi. Stochastic cepat atau %K adalah sama dengan Williams %R, dengan menggunakan skala 0 hingga 100 dan bukannya 100 ke 0, tetapi terminologi keduanya tetap berbeda.
Perhitungan SO dilakukan menurut suatu persamaan dari %K 14 hari (Stochastic Oscillator periode-14) akan menggunakan data penutupan terkini, titik tertinggi dari titik-titik tinggi selama 14 hari terakhir, dan titik terrendah dari titik-titik rendah selama 14 hari terakhir. Panjangnya periode akan bervariasi tergantung dari sensitivitas dan jenis dari sinyal yang diinginkan. Sebagaimana pada RSI, besarnya periode yang populer digunakan untuk perhitungan adalah 14. %K memberitahukan pada kita bahwa harga penutupan berada pada persentil ke-57 dari wilayah tinggi rendah, atau sedikit di atas titik tengah. Karena %K adalah suatu rasio atau persentase, maka ia akan berfluktuasi antara 0 dan 100. Suatu SMA 3 hari biasanya diplotkan sepanjang sisi %K untuk bertindak sebagai garis pemicu, dan dinamakan dengan %D.
Stochastic cepat atau juga biasa disebut Stoch %K menggunakan cara perhitungan rasio sebagai berikut :


Keterangan:
HP            = Harga penutupan
Terendah  = Harga terrendah
N              = Jumlah hari yang dipergunakan
Apabila harga penutupan saat ini adalah merupakan harga yang terrendah dalam N hari terakhir, nilai %K adalah 0, dan apabila harga penutupan saat ini adalah merupakan harga tertinggi dalam N hari terakhir maka nilai %K=100. (www.wikipedia.org, 2010)
Stochastic oscillator lambat atau juga disebut Stoch %D menggunakan perhitungan pergerakan harga sederhana dari statistik Stoch %K melintasi periode s periods biasanya s=3:
, atau ada persamaan yang lebih umum dipergunakan adalah:
\%D_n =  {\sum_{k=0}^s \frac{%K_{n-k}}{s}}.
Rentang oscillator  %K dan %D adalah dari 0 hinga 100 dan seringkali dinyatakan dalam bentuk tanda garis. Tingkat yang mendekati ekstrim adalah 100 dan 0, baik bagi %K maupun %D, mengindikasikan kekuatan atau kelemahan yang disebabkan oleh karena terbentuknya harga atau mendekati harga tertinggi atau terendah baru dalam N hari.
“Terdapat dua jenis metode yang terkenal untuk menggunakan indikator %K dan %D dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham. Metode pertama adalah menggunakan perlintasan dari sinyal %K dan %D dan metode kedua adalah menggunakan asumsi bahwa %K dan %D terombang-ambing (oscillate) dalam melakukan keputusan beli dan jual”. (Forex., 2007).
Pada metode pertama, %D berlaku sebagai pemicu atau garis sinyal untuk %K. Sinyal beli akan diperoleh sewaktu %K memotong keatas melintasi %D, ataupun sebaliknya dengan sinyal jual yang akan diperoleh ketika %K memotong kebawah melintasi %D (Forex., 2007).
“Perlintasan tersebut dapat saja terjadi dengan amat sering dan untuk menghindari sinyal palsu maka sebaiknya ditunggu terjadinya suatu lintasan yang bersamaan dengan indikasi kelebihan minat beli (overbought) ataupun kelebihan minat jual (oversold) ataupun hanya pada saat terjadinya puncak atau menembus garis %D. Apabila volatilitas harga amat tinggi, maka dapat digunakan pergerakan rata-rata yang sederhana dari indikator Stoch %D”. (Prasenjit., 2006)

Pada metode kedua, beberapa analis memperdebatkan bahwa %K atau %D pada tingkat diatas 80 dan dibawah 20 dapat diartikan sebagai kelebihan minat jual ataupun beli. Dalam teori bahwa harga terombang-ambing (oscillate), kebanyakan analis termasuk juga George Lane, merekomendasikan untuk melakukan pembelian atau penjualan saat terjadinya pembalikan arah. (Prasenjit Y: 2006) Atau dengan kata lain, pembelian atau penjualan dapat dilakukan setelah terjadinya sedikit pergerakan kearah balik.
Pada analisis stochastic oscillator nilai maksimal %D dan %K adalah 100 sedangkan nilai minimalnya adalah 0. Dengan nilai yang konstan seperti ini, maka jelas bahwa fungsi utama dari stochastic oscillator adalah untuk mendeteksi kondisi overbought dan oversold. Ada beberapa cara untuk menentukan sinyal jual dan beli melalui indikator stochastic oscillator, diantaranya yaitu:
1)      Membeli ketika oscillator, garis %K garis %D, turun dibawah tingkat tertentu (misalnya, 20) dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut. Menjual ketika oscillator naik ke atas tingkat tertentu (misal, 80) dan kemudian turun dibawah tingkat tersebut.
2)      Membeli ketika garis %K naik keatas garis %D dan menjual ketika garis %K turun dibawah garis %D.
3)      Melihat penyimpangan; sebagai contoh, ketika harga membuat rangkaian harga tertinggi baru sementara stochastic oscillator gagal melampaui nilai-nilai sebelumnya. (Prasenjit., 2006)

b)       Lambat Vs Cepat Vs Penuh
Dalam analisis teknikal modern dikenal adanya 3 Stochastic Oscillator, yaitu: Cepat, Lambat, dan Lengkap (Fast, Slow, dan Full). Untuk sementara ini, pembahasan akan ditekankan pada SO Cepat versus SO Lambat. Sebagaimana yang ditunjukkan pada perhitungan, SO Cepat dibentuk oleh garis %K dan %D. Untuk menghindari kerancuan di antara keduanya maka dapat mempergunakan %K (cepat) dan %D (cepat) untuk mengacu pada komponen yang digunakan pada SO Cepat, dan %K (lambat) dan %D (lambat) untuk mengacu pada komponen yang digunakan pada SO Lambat. Tenaga penggerak di balik kedua Stochastic oscillator tersebut adalah %K (cepat), yang didapatkan dari penggunaan formula perhitungan SO yang telah diberikan.

c)        Ikhtisar %K dan %D
-            %K (cepat)        = rumus dari %K tersebut di atas mempergunakan periode x
-            %D (cepat)        = SMA y-hari dari %K (cepat)
-            %K (lambat)      = SMA 3-hari dari %K (cepat)
-            %D (lambat)      = SMA y-hari dari %K (lambat)
-            %K (lengkap)    = SMA y-hari dari %K (cepat)
-            %D (lengkap)    = SMA z-hari dari %K (lengkap)
Dalam hal ini x adalah parameter pertama, y adalah parameter kedua, dan (dalam kasus stochastic Lengkap) z adalah parameter ketiga. Dalam kasus stochastic Cepat dan Lambat, x secara khusus biasa ditentukan dengan 14 dan y dengan 3.
Beberapa yang termasuk dalam interpretasi yang popular dari stochastic oscillator adalah sebagai berikut:
1)        Buy when the oscillator (either %K or %D) falls below a specific level (e.g., 20) and then rises above that level. Sell when the oscillator rises above a specific level (e.g., 80) and then falls below that level.
2)        Buy when the %K line rises above the %D line, and sell when the %K line falls below the %D line. (Bickford., 2007:34)

2.2.       Rate of Change (ROC)
Rate of change (ROC) adalah salah satu analisis teknikal yang memperlihatkan antara harga penutupan hari ini dan harga penutupan N hari yang lalu. Indikator Rate of Change (ROC) adalah momentum oscillator efektif yang sederhana, yang mengukur persentase perubahan dalam harga dari satu periode ke periode berikutnya. Perhitungan ROC membandingkan harga saat ini dengan harga n periode sebelumnya. 

Adapun persamaan dari ROC sendiri adalah sebagai berikut:
Momentum adalah merupakan perbedaan yang terjadi. Adapun persamaan dari momentum adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk tingkat skala perubahan dapat diukur berdasarkan harga penutupan yang lama untuk dapat menggambarkan kenaikan sebagai fraksi dari:
Momentum secara umum adalah harga yang merupakan kelanjutan dari tren. Indikator momentum dan tingkat perubahan menunjukkan nilai positif sewaktu terjadinya kenaikan harga dan nilai negatif sewaktu terjadinya penurunan harga. (www.wikipedia.org, 2010)
Perlintasan naik ke atas menembus nilai nol dapat digunakan sebagai indikator sinyal beli, dan sebaliknya pada perlintasan turun ke bawah melewati nol adalah merupakan indikator sinyal jual. Seberapa rendah (sewaktu negatif) atau tingginya (sewaktu positif) indikator dapat menunjukkan seberapa kuatnya suatu tren. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan reaksi Oscillator momentum untuk memberi arah pada aktifitas harga melalui titik balik pasar.
Tabel 4
Reaksi Oscillator Momentum
Oscillator Momentum
Deskripsi
Naik
Harga di periode sekarang naik lebih banyak (turun lebih sedikit) dari N periode yang lalu.
Datar
Harga naik atau turun di periode sekarang jumlahnya sama dengan N periode yang lalu.
Turun
Harga di periode sekarang naik lebih kecil (turun lebih banyak) dari N periode yang lalu.
Sumber: MetaStock user’s manual versi 9.0 ( 2004)
“The rate of change oscillator conveys a good deal of information in and of it self, but it provides more information if the time is taken to study the market action that created the current reading. More specifically, each day's new rate of change indicator level actually involves two variables: the current day's change in price level and direction of movement, and the level and direction of the price movement of the day that is being removed from the calculation being made”. (Appel., 2005:78)

Salah satu kelebihan pada kedua indikator ini adalah kemampuannya untuk melihat apa yang kemungkinan terjadi didepan karena dapat memberikan sinyal yang lebih dahulu akan pengurangan momentum yang akan diikuti oleh berakhirnya tren dan perubahan arah. Namun demikian, sama seperti RSI yang memiliki kelebihan dengan kesensitifannya, maka kedua indikator ini pun memiliki kelemahan sehingga tidak boleh digunakan sebagai indikator utama untuk penentuan buy/sell. ROC dan momentum lebih baik digunakan sebagai approval dari indikator lainnya guna menguatkan hasil analisis kita mengenai apa yang akan segera terjadi. Kegunaan lain dari kedua indikator ini adalah untuk mengetahui kondisi overbought atau oversold yang berarti akan segera terjadi perubahan arah harga. Perubahan arah harga tidak akan terjadi sampai indikator meninggalkan area overbought atau oversell yang dibuat.

2.3.       Moving Average Convergence-Divergence (MACD)
Menurut Salim (2003:34), Indikator adalah perhitungan matematis yang diterapkan pada harga sekuritas dan atau volume perdagangan. Hasil dari perhitungan indikator ini adalah nilai yang digunakan untuk mengantisipasi gerakan harga di masa depan.
“The Moving Average Convergence-Divergence (MACD) timing model, which I invented during the late 1970s, has become one of the most popular of technical tools, used by short-term and longer-term investors in the stock, bond, and other investment markets. It is a featured indicator on virtually every computer-based technical trading program and trading platform”. (Appel., 2005:186)

MACD adalah salah satu dari indikator yang dikelompokkan kedalam Trend Following Indicator, yaitu indikator yang mengikuti kecenderungan pergerakan harga saham. Trend Following Indicator terkadang disebut juga dengan lagging indicator adalah indikator yang tepat digunakan pada sebuah trend yang bergerak naik atau turun. Indikator ini memang didesain sedemikian rupa sebagai pemandu bagi trader atau investor bermain dalam suatu tren tersebut. Oleh karena itu indikator yang tergolong dalam jenis ini relatif kurang cocok untuk digunakan dalam tren mendatar (sideways). Kelebihan dari indikator ini adalah mudah dalam penggunaan dan interprestasi serta kemampuan untuk menangkap pergerakan dan tetap untuk berada dalam pergerakan tersebut, sedangkan kekurangan yang terkandung dalam indikator ini adalah tidak efektif apabila berada dalam sebuah trading range datar atau menyamping.
Indikator Moving Average Convergence-Divergence (MACD), sering memberikan pemberitahuan awal yang sangat baik perubahan yang akan datang pada tren pasar. (Appel., 2005:185). MACD digunakan oleh Gerald Appel sebagai alat bantu dalam menganalisis perubahan arah tren dan siklus harian hingga mingguan. MACD menggunakan dua Exponential Moving Average (EMA) untuk mengindikasikan kondisi overbought atau oversold yang berfluktuatif diatas dan dibawah garis nol (zero line). Pada MACD tidak terdapat angka batasan secara absolut seperti pada Stockhastic Oscillator yang biasanya menggunakan batas 30 – 70.
MACD dihitung dengan mengurangi moving average untuk 26 hari dari moving average untuk 12 hari. Hasilnya adalah indikator yang berisolasi (bergerak ke atas-bawah) di atas dan di bawah nilai nol. Ketika MACD berada di atas nol, hal tersebut menunjukkan bahwa moving average untuk 12 hari lebih tinggi dari moving average untuk 26 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa investor harus mengambil sikap bullish karena harapan saat ini (yaitu moving average untuk 12 hari) lebih tinggi dari pada harapan sebelumnya (yaitu, moving average untuk 26 hari). Menurut Salim (2003:35), ketika MACD berada di bawah garis nol, ini berarti moving average untuk 12 hari lebih rendah dari moving average 26 hari, ini berarti investor harus mengambil sikap bearish karena harapan saat ini (yaitu moving average untuk 12 hari) lebih rendah daripada harapan sebelumnya (yaitu, moving average untuk 26 hari). Ini menunjukkan sikap bearish (atau turun dalam garis supply/demand).
MACD standar terdiri dari dua garis. Garis pertama atau dikenal dengan MACD line, adalah hasil selisih dari dua buah EMA yaitu EMA 12 dan EMA 26. Garis ini biasanya disajikan dengan garis yang lebih tebal. Garis pendampingnya adalah pemicu atau trigger line. Garis ini adalah garis EMA 9 dan biasanya disajikan dengan garis yang lebih tipis atau putus-putus. Karena MACD line berasal dari selisih dua EMA, maka akan terdapat dua kemungkinan hasil yaitu positif dan negatif. Positif berarti indikasi terjadinya bullish, negatif indikasi terjadinya bearish. Seperti layaknya Moving Average, MACD juga biasanya digunakan untuk mengidentifikasi sinyal jual dan beli dan perubahan trend. Sinyal jual diindikasikan saat MACD line bergerak memotong dari atas ke bawah slow line (Dead Cross), dan sebaliknya untuk sinyal beli diindikasikan saat MACD line bergerak memotong dari atas ke bawah slow line (Golden Cross).
3.        Analisis Fundamental
3.1.       Model Discounted Cash Flows (Model DCF)
Model ini melihat nilai asset sebagai present value dari asset tersebut. Model ini memerlukan informasi perkiraan umur asset, cash flow serta besarnya diskon. Model DCF ini dikembangkan oleh Wies (dalam Hakiman, 2005; 30) mengatakan bahwa harga suatu asset sekuritas apakah itu saham atau obligasi adalah jumlah dari seluruh pendapatan yang akan diterima dimasa datang dengan diskon sebesar suku bunga saat ini untuk mendapatkan nilai present Value nya.
Saham bisa memberikan aliran arus kas yang diharapkan dimasa depan dan nilai saham dicari dengan cara yang sama seperti penilaian aktiva keuangan lainnya yang dinamakan nilai sekarang dari aliran arus kas yang diharapkan dimasa depan. Aruskas yang diharapkan ada 2 unsur (1) dividen yang diharapkan tiap tahunnya dan (2) harga yang diharapkan diterima investor ketika mereka menjual saham. (Brigham & Huston, 1999; 360)
Selanjutnya Williams (dalam Hakiman, 2005: 30) memasukkan konsep dividend dan kesempatan investasi (pertumbuhan), pendapatnya adalah:
1)        Dividen dimasa datang tergantung kepada earning dimasa datang
2)        Distribusi dividen adalah tergantung kepada kebutuhan reinvestasi (opportunity), dari bisnis tersebut.
Persamaan umum model DCF adalah sebagai berikut:

  
(Reilly dkk, 2006: 371)
Dimana :
                      = Value of stock J
      = Life of the asset

  = Cash Flow in period t
k      = The discount rate that is equal to the investor’ required rate of return for asset j, which is determained by the uncertainty (risk) of the asset’s cash flows
Ada 3 (tiga) pendekatan penilian yang biasa digunakan dengan pendekatan model Discounted Cash Flow (DCF) dianataranya adalah:
1)        Dividen Discount Model (DDM)
Metode Dividen Discount Model (DDM) ini melakukan pendekatan penilaian harga saham dengan melihat present value dari dividens yang bisa diberikan saham tersebut dimasa yang akan datang.
Persamaan umum dari model DDM adalah sebagai berikut:
Apabila saham tersebut dimiliki dalam jangka waktu 2 tahun maka persamaan di atas menjaadi:
 (Reilly, 2006: 372)
Dimana :
                    =  Nilai intrinsik saham J
D    = Dividen yang diharapkan pada tahun t

k     = Required rate of return (nilai yang dipersyaratkan) pada saham j yang dihasilkan melalui CAPM.
 =  Harga saham pada akhir tahun ke 2
Model di atas disebut juga the zero growth model, karena model dibangun dengan asumsi bahwa keuntugan perusahaan tidak berubah setiap tahunnya dan semua keuntungan dibagikan sebagai dividen, sehingga dividen tidak mengalami pertumbuhan.
Jika pertumbuhan tidak sama dengan nol, atau ada bagian dari dividen yang digunkan untuk investasi, maka persamaan berubah menjadi sebagai berikut :


(Reilly dkk, 2006: 375)
Dimana :
                    =  Nilai intrinsik saham J
D    = Dividen yang diharapkan pada tahun t

k    = Required rate of return (nilai yang dipersyaratkan) pada saham J yang dihasilkan melalui CAPM.
 =  Harga saham pada akhir tahun ke 2
g    =  Tingkat pertumbuhan dividen (Proporsi laba ditahan (b) x Return on Equity (R)
n      = Dividen yang diharapkan
Adapun beberapa asumsi DDM yang harus dipenuhi adalah (Reilly, 2006 376):
1.      Dividends grow at a constant rate.
2.      The constant growth rate will continue for an infinite period.
3.      The required rate of return (k) is greater than the infinite growth rate (g). if is not, the model give meanings result because the denominator becomes negative.
Artinya bahwa 1) Dividen harus tumbuh pada tingkat yang konstan, 2) Tingkat pertumbuhan konstant akan berlangsung untuk periode tak tentu, dan 3) return disyaratkan (k) adalah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan tak tentu (g), karena apabila tidak maka model tersebut akan memberikan hasil penilaian yang berbeda karena nilai pembaginya akan menjadi negatif.

2)        Presen Value of Operating Free Cash Flow
Model ini adalah melakukan derivasi nilai perusahaan dengan cara mendiskontokan arus kas operasi total sebelum pembayaran bunga kepada para pemegang obligasi, yang dilanjutkan dengan mengurangi nilai utang untuk bisa melakukan estimasi nilai equitas. Pada model Presen Value of Operating Free Cash Flow tingkat diskonto yang digunakan adalah menggunakan WACC dari perusahaan. Adapun rumusan yang digunakan dalam model ini adalah:
(Reilly dkk, 2006: 378)
Dimana :
                          =  Nilai intrinsik saham J
n            = Jumlah periode yang diasumsikan menjadi tak tentu
   = Arus kas operasi perusahaan selama periode t

WACC  = Rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan j.
Sama dengan menggunakan model DDM, model ini dapat juga digunakan untuk melakukan estimasi dalam satu periode tak tentu. Dimana pertumbuhan yang setabil dapat di jabarkan dengan menggunakan rumusan seperti di bawah ini:

(Reilly dkk, 2006: 379)
Dimana :
                          =  Nilai intrinsik saham J
                    =  Arus kas bebas operasi dalam periode 1 dimana
      
  = Pertumbuhan konstan jangka panjang dari arus kas bebas operasi.
WACCt  = Rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan j.

3)        Present Value of Free Cash Flow to Equity
Model ketiga dari model discounted cash flow adalah pendekatan dengan menggunakan model Present Value of Free Cash Flow to Equity pada model ini arus kas bebas (cash flow) untuk equitas diderivasi setelah aruskas operasi telah disesuaikan untuk membayar hutang perusahaan baik dalam kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman perusahaan. Pada model ini tingkat diskonto yang digunkan lebih kepada biaya ekuitas perusahaan (k) dengan pendekatan CAPM dari pada menggunaka pendekatan diskonto perdasarkan WACC perusahaan. Adapun perumusan model yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Reilly dkk, 2006: 380)
Dimana :
                          =  Nilai intrinsik saham J
n            = Jumlah periode yang diasumsikan menjadi tak tentu
   = Arus kas bebas perusahaan selama periode t
k           = Biaya equitas yang bisa dihasilkan melalui CAPM.


3.2.       Model Relative Valuation (RV)
Model RV ini dibuat berdasarkan kemempuan perusahaan menghasilkan earning, kemudian dihitung nilai eraning per share (EPS) atau price earning ratio (PER) dan dibandingkan dengan nilai EPS dari kelompok industry perusahaan tersebut.
Cara kerja model RV adalah dengan menghitung nilai asset perusahaan kemudian memperhatikan nilai asset perusahaan/industry pembanding relative terhadap variable yang umum seperti earning, cash flow, atau nilai buku. Model ini memerlukan informasi; asset yang identk, standarisasi ukuran nilai misalnya modal, jika asset tidak bisa dibandingkan secara persis maka perlu variabel control untuk perbedaan tersebut
Model ini dikembangkan oleh Molodovsky (dalam Hakiman, 2005: 34) dan merupakan pengembangan dai model pertumbuhan tetap (model Gordon). Moldovsky mengatakan bahwa besarnya rasio dividen adalah fungsi dari pertumbuhan pendapatan.
Ada 4 (empat) pendekatan penilian yang biasa digunakan dengan pendekatan model Relative Valuation (RV) dianataranya adalah : 
1)        The Price/Earning (P/E) Ratio
Model ini menilai saham berdasarkan pada laba tahunan ekspektasi, biasanya model ini disebut rasio harga-laba (P/E), atau pengganda laba (earning multiplier). Dimana dapat dirumuskan sebagai berikut.
Earning Multiplier = Price/Earning Ratio

Dengan menggunakan model diskonto dividen periode tak tentu akan menunjukkan variabel yang bisa menentukan nilai rasio P/E dengan rumusan:

Dengan membagi kedua sisi dengan laba ekspektasian selama 12 bulan berikutnya (E1), maka diperoleh rumusan:

Dengan demikian model rasio P/E dihitung dengan
1.      Rasio pembayaran dividen ekspektasi (The expected dividend payout ratio)
2.      Return yang disyaratkan (The expected require rate of return) atas saham (k)
3.      Tingkat pertumbuhan ekspektasian dividen (The expected growth rate of dividens for the stock) yang dirumuskan dalam (g)
(Reilly dkk, 2006: 381)

2)        The Price/Cash Flow Ratio
 Adapun rumusan yang digunakan adalah seperti di bawah ini:
(Reilly dkk, 2006: 381)
Dimana :
                     =  Rasio Price/Cash Flow bagi perusahaan j
           = Harga saham dalam periode t
     = arus kas ekspektasian perlembar untuk perusahaan j

3)        The Price/Book Value Ratio
Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Reilly dkk, 2006: 383)

Dimana :
                     =  Harga/ nilai buku saham j
           = Harga saham dalam periode t
     = arus kas ekspektasian per lembar saham untuk perusahaan j
Sangat penting untuk diperhatikan untuk membandingkan harga dengan angka nilai buku sekarang, atau estimasikan nilai buku untuk tahun berikutnya. Selain itu metode The price/book value (P/BV) dapat menderivasi suatu estimasi berdasarkan pada tingkat pertumbuhan historis untuk seri waktu atau bisa juga menggunakan pertumbuhan yang diimplikasikan oleh analisis pertumbuhan dengan pormula: g = (ROE) (Retention Rate) (Reilly dkk, 2006: 383-384).

4)        The Price/Sales Ratio
Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Reilly dkk, 2006: 384)
Dimana :
                     =  Harga/ rasio penjualan perusahaan j
         =  Harga saham dalam periode t
  = Arus kas ekspektasian perlembar untuk perusahaan j smpai dengan tahun t

4.        Penggunaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
Kedua teori analisis fundamental dan teknikal masing-masing memiliki pendukung yang kuat. Pada dasarnya kedua analisis ini dapat secara efektif digunakan untuk membuat penilaian tentang perusahaan dan saham perusahaan tersebut. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemilihan saham perusahaan yang tepat analisis perlu dilakukan dengan melibatkan banyak indikator-indikator penting sebagai pendukung. Dari sisi fundamental, beberapa faktor harus dipertimbangkan kembali seperti sejarah perusahaan, hasil usaha, kapitalisasi, sejarah dividen, dan modal kerja. Sedangkan pada sisi teknikal volatilitas, yang dinyatakan dengan rentang perdagangan dan sejarah harga saham perlu menjadi pertimbangan.
Berdasarkan paparan teori-teori tersebut di atas, analisis fundamental dan analisis teknikal memiliki beberapa perbedaan. Seperti yang diungkapkan oleh Reilly and Brown (2002:365) terdapat enam variabel yang dapat membedakan kedua analisis tersebut. Adapun variabel-variabel tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5:
Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal
No
Variabel
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
1)    
Fokus perhatian harga
Overvalued/undervalued
Timing  (upward/ downward)
2)    
Jangka waktu investasi
Jangka menengan dan panjang
Jangka pendek
3)    
Informasi utama
Perusahaan atau emiten
Psikologi investor
4)    
Motif utama
Dividen dan pertumbuhan
Capital gain
5)    
Strategi utama
Beli dan simpan
Berpindah
6)    
Karakterisitik investor
Menabung dan investasi
Perdagangan dan institusional

Berdasarkan perbedaan dari kedua analisis tersebut, maka dapat diketahui beberapa keunggulan dan kelemahan dari masing-masing analisis investasi tersebut.
Beberapa keunggulan analisis fundamental sebagai berikut:
1)        Dapat meramalkan harga dengan tepat (pada pasar yang sangat efisien atau setidaknya pasar yang semi efisien).
2)        Mampu memberikan harga dasar yang logis dalam mengambil keputusan investasi.
3)        Mampu memberikan gambaran yang sangat jelas tentang operasional perusahaan.
4)        Analisis fundamental amat berguna dalam menentukan arah jangka panjang
5)        Lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya
6)        Bisa menjelaskan lebih tepat mengenai alasan mengapa harga naik atau turun
7)        Mampu memberikan dasar yang logis dalam pengambilan keputusan investasi
Sedangkan keunggulan dari analisis teknikal adalah sebagai berikut:
1)        Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis investasi lebih sedikit.
2)        Dapat mengakomodasi kebutuhan dalam analisis yang sesuai dengan time horizon dari masing-masing investor.
3)        Mampu memberikan gambaran psikologis pasar.
4)        Memiliki daya fleksibilitas dalam analisis yang sesuai dengan periode waktu yang diinginkan.
Beberapa kelemahan dari analisis fundamental sebagai berikut:
1)        Butuh waktu untuk memperoleh informasi.
2)        Seringkali bersifat subyektif karena melibatkan banyak pendapat orang.
3)        Lebih cocok diterapkan pada long term period trading.
4)        Asumsi pasar efisien sulit diterapkan karena informasi dapat sempurna berdasarkan atas kualitas dan waktu, tetapi tidak mungkin sama dalam persepsi. Fully effisien tidak mungkin terjadi, hanya economically effisien (weak-form; semi-strong form; dan strong-form).
5)        Sulit berfungsi pada pasar modal tidak efisien karena asumsi dasarnya adalah pasar efisien
6)        Tidak dapat menggambarkan psikologi pasar dan investor saat itu
7)        Tidak fleksibel untuk menentukan periode waktu yang diinginkan

Sedangkan kelemahan dari analisis teknikal adalah sebagai berikut:
1)        Memerlukan banyak data time series untuk menunjang akuratnya prediksi.
2)        Sangat bergantung pada kemampuan chartist.
3)        Tiap chartist memiliki metode yang berlainan dan masing-masing belum tentu cocok diterapkan satu sama lain.
4)        Melibatkan banyak orang dengan ekspektasi yang berbeda.
Pada analisis fundamental dan teknikal waktu merupakan suatu faktor penentu karena kebanyakan orang mengidentifikasi membeli saham sebelum harganya mulai naik adalah berdasarkan waktu karena investor dapat menentukan kapan atau apakah mereka harus menjual saham mereka. spekulasi jangka pendek melibatkan waktu pada kedua sisi membeli dan menjual, tetapi investor jangka panjang juga harus menyadari waktu dan mengidentifikasi ketika terjadi perubahan yang terus menerus untuk sinyal jual mereka.
Menurut Thomsett (2006:198), penggunaan analisis teknikal adalah merupakan pelengkap dari hasil analisis fundamental.
1)      Sinyal teknikal yang melambat pada laju pertumbuhan harga, perubahan dalam rentang perdagangan harga saham (baik penyempitan atau pelebaran), atau perubahan dalam volume perdagangan harian. Hal ini tidak cukup untuk membuat keputusan untuk menjual semata-mata atas dasar tren harga atau volume saham, begitu juga sebaliknya.
2)      Tren jangka pendek tidak dapat diandalkan sebagai dasar untuk membuat keputusan, tetapi mungkin dapat berguna sebagai pendorong bagi penelitian yang mempergunakan analisis fundamental.
3)      Berdasarkan premis bahwa harga berubah untuk alasan yang baik dan keyakinan sementara bahwa harga jangka pendek bersifat tidak tetap, sehingga muncullah analisis teknikal untuk alasan mendasar dalam pengambilan keputusan.
4)      Analisis fundamental dalam pendapatan, laba, dan kapitalisasi tidak boleh diabaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. (2005), Analisis Investasi, (Edisi Kedua), Jakarta: Salemba Empat

Husnan, Suad, & Enny Pudjiastuti. (1998), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, (Edisi Pertama), Cetakan Kedua, Yogyakarta: AMP YKPN.


http// www.belajarmarketiva.web.id,

Jogiyanto. (2003) Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (Edisi Ketiga), Yogyakarta: BPFE

Keowon, Arthur J., David F. Scott, Jr., John D. Martin, & J. William Petty. (2000), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku II, (Edisi Ketujuh), Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Krikpatrick, C. D. & Julie, R. D. (2006), Technical Analysis: The Complate resource For Fainancial Market Technicans, USE: Fainancial Timmes Press.

Krishamurti, C. (2009), Investment Management (A Moderen Guide to Security Analiysis and Stock Selection), Heidelberg: Springer.

Reilly, Frank K., & Keith C. Brown. (2006), Investment Analysis, and Portofolio Management, (Eight Edition), United States of America: The Thompson Corporation.

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffery Jaffe, & Bradford D. Jordan. (2008), Moderen Financial Management, (Eighth Edition), New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Salim, I. (2003), Analisis Teknikal Dalam Perdagangan Saham, Jakarta: PT Elex media Komputindo.

Sharpe, William F., Gordon J. Alexander, & Jeffery V. Bailey. (2005), Investasi, (Edisi Keenam), Jilid I, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Tambunan, Andy Porman. (2007), Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: Media Elex Komputindo.

Thomsett, M. C. (1998), Masterin Fundamentals Analysis, USA: Derbon Finance Publicing Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar