Meningkatkan Sikap Kepatuhan PNS menjadi
suatu Komitmen
Selama pemerintah bersikap tidak konsisten dalam
penetapan kebijakan, utamanya dalam manajemen SDM, tidak ada solusi tepat bagi
peningkatan kinerja PNS. Ketidakkonsistenan pemerintah itu dapat dilihat antara
lain: pola perekrutan PNS belum berdasarkan pada analisis
kebutuhan tetapi masih berpedoman pada jatah anggaran; belum ada kejelasan
mengenai sistem reward and punishment PNS; Pengiriman Pengembangan SDM baik
melalui pendidikan formal maupun diklat seringkali salah sasaran; pengangkatan
jabatan PNS belum berpedoman pada kompetensi; struktur birokrasi pemerintah
belum kearah ’miskin struktur kaya fungsi’; serta minimnya pemanfaatan
teknologi dalam mendukung produktivitas kerja instansi pemerintah.
Dari uraian tersebut pasti akan timbul suatu
pertanyaan : kalau begitu tidak ada solusi ? Kalau kita bicara sistem
penyelenggaraan pemerintahan solusi itu akan datang tidak dalam waktu dekat.
Tetapi kalau kita memiliki prinsip ”diujung goa yang gelap pasti ada jalan
keluar”, sebagai pelaksana di lapangan kita dapat berusaha meningkatan
pendekatan kita dalam memotivasi kinerja staf, dari pendekatan kepatuhan menuju
kearah pendekatan komitmen kerja
Michael Maccoby dalam bukunya “Why Work ?” menyatakan bahwa pada akhirnya semua orang harus bekerja, tidak hanya untuk mendapatkan imbalan kebutuhan pokok, tetapi karena ingin menerapkan kemampuan yang mereka miliki dan merasakan dirinya berharga bagi diri sendiri dan orang lain. Hal itu menimbulkan pertanyaan: Apa yang membuat orang merasa berharga? Maccoby mengidentifikasikan delapan ‘pemicu nilai’ di lingkungan kerja yaitu : jaminan (security), keterkaitan (relatedness), kesenangan (pleasure), informasi (information), penguasaan (mastery), bermain (play), martabat (dignity), dan mempunyai arti (meaning). Pekerjaan yang memberikan hal tersebut memotivasi orang untuk memberikan kinerja terbaik dan komitmen kepada organisasi.
Dari pendekatan yang dikemukakan Maccoby kita dapat memperbaiki lingkungan kerja organisasi pemerintah sebagai berikut
1. Jaminan (security)
Dalam organisasi swasta jaminan lebih dimaksudkan sebagai jaminan untuk tidak dipecat dari perusahaan. Dengan adanya jaminan tersebut karyawan akan bekerja dengan lebih tenang, lebih produktif dan lebih berani melakukan inovasi yang kreatif terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Khusus untuk organisasi pemerintah, jaminan yang
diinginkan staf adalah jaminan bahwa segala produk, baik yang berbentuk dokumen
atau kebijakan, yang dikeluarkan organisasi menjadi tanggung jawab pejabat
tertinggi. Sebagai contoh dokumen yang dikeluarkan unit kerja terkecil adalah
tanggung jawab pejabat eselon IV, demikian pula dokumen yang dikeluarkan oleh
bidang atau sub dinas menjadi tanggung jawab pejabat eselon III yang
bersangkutan dan seterusnya. Hal ini penting saat terjadi kesalahan pada data
atau informasi yang dikeluarkan, jangan sampai itu dilimpahkan pada staf karena
pejabat dalam hal ini berfunsi untuk memeriksa atau mengoreksi dokumen yang
dikeluarkan. Sehingga tidak ada alasan bagi pejabat tidak sempat memeriksa
karena terlalu sibuk misalnya. Jika sampai terjadi staf dijadikan kambing hitam
dalam suatu kasus kesalahan, bukan hanya staf bersangkutan yang mengalami penurunan
motivasi, tetapi staf lain juga akan bersikap hati-hati. Akibatnya staf hanya
akan bekerja setelah mendapat instruksi langsung dari atasan dan tidak ada
inisiatif untuk mengerjakan di luar instruksi. Hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi kemajuan organisasi.
2. Keterkaitan (relatedness)
Bagi banyak orang, hubungan dengan rekan kerja adalah alas an yang membuat pergi bekerja itu lebih menarik daripada hanya berbagi meja kerja. Bukankah sangat mengasyikkan jika kita berangkat kerja dengan tujuan untuk menemui seorang sahabat, meski itu adalah seorang rekan kerja ? Hubungan emosional itu mengubah tempat kerja menjadi ruang yang bersahabat, mendukung dan menegaskan diri, tempat dimana orang bersedia bersusah payah untuk saling membantu karena mereka merasa dibantu oleh rekan dalam pekerjaan. Jika Anda, sebagai manajer atau pejabat, melihat orang mengobrol saat bekerja anggaplah itu sebagai membangun hubungan dan jangan dianggap sedang bermalas-malasan. Waktu yang mereka ‘boroskan’ untuk saling mengenal dan mempercayai dapat mengarah ke kerjasama yang produktif dalam menyelesaikan proyek dan tugas.
Tetapi jika Anda memandang bahwa waktu mengobrol
itu sudah terlalu lama, Donna Deprose punya kiat yang dapat dicoba.
Bergabunglah sebentar secara bersahabat tanpa menunjukkan ketidaksetujuan Anda.
Jika Anda pergi, kemungkinan besar kelompok itu akan bubar. Disamping itu untuk
meningkatkan keterkaitan, sekali waktu ajak kelompok itu makan siang tetapi
jangan membicarakan topik pekerjaan. Kalau perlu, sekali-kali sediakan makan
pagi atau siang di unit kerja Anda. Meskipun sedikit boros tetapi hal itu akan
meningkatkan keterikatan antar karyawan, bahkan sampai karyawan tersebut pindah
ke unit kerja lain.
3. Kesenangan (pleasure)
Kondisi kerja yang baik dan menyenangkan akan
dapat membangkitkan gairah kerja pegawai. Oleh karena itu sangat perlu
diciptakan agar pelaksanaan tugas dapat berhasil baik. Kondisi kerja menyangkut
tidak saja kondisi fisik, seperti tempat kerja yang bersih, sehat, tetapi juga
menyangkut hubungan antar pegawai di tempat kerja tersebut. Yang perlu
diperhatikan lagi adalah hubungan baik antara staf dengan pimpinan. Pimpinan
yang baik harus memberi contoh dan mengawali hubungan baik dengan staf.
David Sirota, pimpinan Sirota Survey
Intelligence, sebuah lembaga riset di New York memberi panduan lewat buku yang
dia tulis bersama dua rekannya, berjudul The Enthusiastic Employee: How
Companies Profit by Giving Workers What They Want. Apakah Anda termasuk bos
yang baik, atau buruk? Masalahnya adalah, pada sebagian besar organisasi,
semangat karyawan baru begitu tinggi, tapi kira-kira 6 bulan kemudian menurun
secara tajam. Manajemen telah merusaknya. Yang dilakukan oleh bos yang buruk
adalah membuat karyawan merasa tidak aman dengan pekerjaannya. Juga, memperlakukan
karyawan layaknya anak kecil atau pelaku kriminal daripada orang dewasa yang
bisa bertanggung jawab. Tanda lain dari bos yang buruk adalah apabila
karyawannya mengeluh, “Jika kami melakukan kesalahan, kami dimarahi tapi kalau
kerjaan beres tidak ada ada ucapan terima kasih.”
Tapi, mungkin Anda bertanya, mengapa perusahaan
harus peduli apakah karyawannya (masih) bersemangat atau tidak –yang penting kan pekerjaan mereka
selesai? Menurut Sirota, banyak bukti persuasif mengenai hubungan langsung antara
moral (semangat) karyawan dengan kinerja secara keseluruhan dari perusahaan,
termasuk harga sahamnya di pasar. Karyawan yang bersemangat akan memperlakukan
customer dengan baik, dan itu akan sangat berbeda dengan karyawan yang sudah
tidak bersemangat.
4. Informasi (information)
Untuk dapat meningkatkan motivasi, bagilah
informasi pada staf. Kadang-kadang saya masih mendengar kalimat “informasi ini
adalah konsumsi pimpinan, bukan konsumsi staf.” Dan jika Anda sedikit sekali
membagi informasi pada staf, apalagi informasi yang penting bagi kemajuan unit
kerja maka itulah yang akan Anda dapat dari staf. Mereka akan acuh tak acuh
dengan kondisi unit kerja. Mereka pasti akan bekerja secara normatif saja dalam
arti hanya sekedar mengikuti instruksi pimpinan saja. Tidak akan ada inisisatif
pekerjaan dari staf. Disamping itu dengan menyembunyikan informasi, secara
tidak sadar Anda telah ”menyakiti hati ” staf. Mereka akan merasa tidak
dipercaya oleh atasan untuk menyimpan rahasia sebuah informasi. Efek negatif lainnya
adalah terjadi gap antara karyawan yang Anda beri informasi dan yang tidak,
sehingga pasti muncul istilah ’tangan kanan’ bos. Tentu saja hal ini akan
mengganggu suasan kerja dan kinerja organisasi secara keseluruhan.
5. Penguasaan (mastery)
Menurut Donna Deeprose merasa kompeten menambah
kenikmatan dari suatu aktivitas. Hal yang perlu dibenahi dalam lingkungan kerja
PNS adalah penguasaan komputer. Dalam era teknologi pengusaan komputer untuk
kegiatan perkantoran menjadi mutlak dilakukan. Hasil pengamatan saya
menunjukkan bahwa ada suatu ketidaknyamanan tersendiri bagi PNS yang tidak
menguasai komputer. Bagaimana tidak, setiap kali mereka diperintahkan untuk
membuat surat
dinas, mau tidak mau mereka pasti minta bantuan pada operator komputer. Bahkan
untuk satu lembar surat
dinas pun mereka pasti akan minta bantuan. Kondisi ini jelas menimbulkan
ketidaknyamanan, apalagi kalau sang operator sedang sibuk mengerjakan sesuatu.
Herannya lagi banyak PNS yang pesimis atau tidak mau belajar mengoperasikan
komputer. Ketidakmampuan mengoperasikan komputer, disamping akan menurunkan
motivasi bekerja PNS yang bersangkutan, juga akan menurunkan motivasi bekerja
sang operator karena dia akan merasa terbebani dengan banyak sekali pekerjaan
sementara rekan lainnya bisa bersantai-santai. Padahal sebenarnya tidak ada
orang yang merasa nyaman bersantai disaat sedang bekerja. Tapi mau bagaimana
lagi, mau membantu tidak bisa.
6. Bermain (play)
Pada prinsipnya kita berusaha menjadikan tempat
yang menyenangkan bagi PNS. Selama ini tempat kerja PNS selalu identik dengan
suasana yang formil, kaku, seragam, suram dan penuh dengan kedisiplinan. Tentu
saja hal itu akan menimbulkan kesan membosankan bagi PNS yang sedang bekerja.
Akibatnya ada keengganan tersendiri setiap kali hendak berangkat kantor.
Stephen C. Lundin dkk. Dalam bukunya ”Fish Tales” menyarankan untuk mendesain
tempat kerja sedemikian rupa sehingga menimbulkan suasana ceria, funny dan
menyenangkan. Music, video, televisi, dekorasi yang menarik atau pakaian yang
tidak formil diyakini dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan itu akan
meningkatkan motivasi dalam bekerja. Dengan begitu kesan berangkat kantor untuk
menuju tempat yang penuh tekanan akan digantikan dengan suatu yang nyaman
seperti layaknya hendak pergi ke tempat wisata atau berbelanja.
Pertanyaannya siapkah organisasi pemerintah
meninggalkan ’kewibawaannya’ demi lebih meningkatkan kinerja ? Saya kira harus,
dengan alasan masyarakat tidak pernah mau membeli kewibawaan pemerintah !
Mereka hanya menginginkan pelayanan prima dari aparat pemerintah. Dengan
prinsip aparat pemerintah sebagai abdi masyarakat maka suasana yang lebih ceria
akan menyebabkan masyarakat ’tidak takut’ mengurus sesuatu di instansi
pemerintah. Penerapan penggunaan pakaian nasional pada hari-hari tertentu
sedikit banyak menimbulkan suasana kerja yang lebih ceria dan menyenangkan bagi
PNS.
7. Martabat (dignity)
Menurut John R. Brinkerhoff dalam ”101 Dalil
untuk bekerja di Kantor” pada dasarnya ada 2 macam orang di dalam organisasi:
orang-orang menyusun surat-surat yang tidak mereka tanda tangani, dan
orang-orang yang tidak membuatnya tetapi menandatanganinya. Anda dapat
memperkirakan boss berada pada golongan yang mana. Konsekuensinya adalah bahwa
orang-orang yang menandatangani surat-surat cenderung dianggap sebagai
penyusunnya. Mangkanya di-uraian sebelumnya saya tekankan untuk melindungi staf
jika terjadi kesalahan informasi yang dimuat dalam naskah dinas setelah
ditandatangani.
Meskipun demikian sebagai atasan dari seorang
staf yang menyusun konsep naskah dinas, tidak ada salahnya kita memberikan
pujian bagi staf. Hal itu penting mengingat staf juga bekerja sangat keras
untuk dapat menyusun konsep naskah dinas dengan sebaik-baiknya. Oke memang itu
atas petunjuk dari Anda dan telah diperiksa oleh bos, tapi tetap tidak ada
salahnya jika kita memuji hasil kerja staf. Apalagi jika konsep naskah yang dia
buat cukup bagus dan memudahkan Anda untuk mengkoreksinya. Dengan memuji staf,
diharapkan akan timbul suatu kebanggaan bagi staf. Morilnya akan terdorong naik
dan dia akan merasa bahwa konsep naskah dinas yang telah disusunnya, dimata
pimpinan cukup baik. Dengan demikian dia akan termotivasi untuk menyusun naskah
dinas dengan lebih baik. Koreksi-koreksi kecil dari pimpinan akan membuat staf
mengetahui kelemahan dalam konsep naskah dinasnya, sehingga koreksi tersebut
dapat dijadikan pedoman bagi perbaikan konsep naskah dinas yang akan
disusunnya.
8. Mempunyai arti (meaning)
Setiap karyawan perlu diberi pengertian mengenai
kontribusi pekerjaan yang mereka lakukan terhadap kinerja unit kerja. Beri
gambaran suatu kondisi yang tidak enak jika pekerjaan itu tidak mereka
laksanakan dengan baik. Bahkan pekerjaan yang paling sepele pun patut
dikerjakan dengan baik. Sebagai contoh, cobalah beri gambaran pada staf jika
formulir tidak mereka isi dengan lengkap, jika kamar mandi kantor kurang bersih
apa akibatnya, surat
undangan tidak dikirimkan seluruhnya apa efeknya terhadap pelaksanaan suatu
kegiatan, juga jika resepsionis tidak menerima tamu dengan baik maka berapa
banyak rekanan yang tidak mau lagi berhubungan dengan unit kerja Anda. Dengan
menjelaskan situasi buruk tersebut, staf pasti akan merasa bahwa usaha mereka
berkontribusi positif pada organisasi. Akibatnya motivasi bekerja mereka akan
meningkat.
Kedelapan uraian tersebut merupakan hasil
pemikiran saya terhadap pendapat Michael Maccoby tentang bagaimana meningkatkan
motivasi kerja pegawai. Walaupun saya belum membaca bukunya secara langsung,
tetapi sudah saya usahakan untuk menguraikan dengan menyesuaikan dengan kondisi
kerja PNS di Indonesia. Belum terlalu memuaskan memang…tapi itulah gunanya
blog. Disini kita dapat minta masukan dari para blogger mania…begitu ?!
Mangkanya kirim komentar atau masukan atau kirim referensi lain bagi tulisan
saya ini….biar konsepnya lebih sempurna tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar