FAKTOR PEMBENTUK KINERJA
(HARAL AZMI)
(HARAL AZMI)
Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. (Mangkunegara,
2011:67). Menurut Ivancevich (2007:217), kinerja merupakan hasil
yang diinginkan dari perilaku. Sementara menurut Wibowo (2010:7), kinerja
mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk
bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
Pengertian dari Wibowo tersebut dimaksudkan untuk perlu
melihat faktor apa saja yang membentuk kinerja tersebut. Seorang manajer tidak
harus fokus terhadap hasil yang dicapai karyawan namun perlu juga untuk
melihat proses seorang karyawan dalam bekerja. Menurut Gibson, (2008:123-124)
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu
yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis.
Faktor yang mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari variabel
psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi,
kepuasan kerja dan stres kerja. Sedangkan faktor yang ketiga yang mempengaruhi
kinerja adalah faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi,
konflik, kekuasaan, struktur organnisasi, desain pekerjaan, desain organisasi,
dan karir.
Kemampuan dan keterampilan memainkan peran penting dalam
perilaku dan kinerja individu. Sebuah kemampuan adalah sebuah trait (bawaan
atau dipelajari) yang mengijinkan seseorang mengerjakan sesuatu mental atau
fisik. Keterampilan adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas seperti
keterampilan mengoperasikan komputer atau keterampilan berkomunikasi dengan
jelas untuk tujuan dan misi kelompok. Manajer harus mencocokkan setiap
kemampuan dan keterampilan seseorang dengan persyaratan kerja agar dalam
bekerja dapat mencapai kinerja (Gibson et al, 2008:127)
Aspek demografi terdiri dari jenis kelamin, ras dan
keragaman budaya. (Gibson et al, 2008:130). Penelitian menunjukkan bahwa pria
dan wanita adalah sama dalam hal kemampuan belajar, daya ingat, kemampuan
penalaran, kreativitas, dan kecerdasan. Meskipun hasil data riset cukup
memastikan, beberapa peneliti masih percaya adanya perbedaan kreativitas,
penalaran, dan kemampuan belajar diantara pria dan wanita. Masih terdapat
perdebatan soal perbedaan pria dan wanita mengenai prestasi dalam pekerjaan,
absensi, dan tingkat pergantian. Debat prestasi dalam pekerjaan tidak
menghasilkan kesimpulan. Tidak ada data pendukung yang menyatakan bahwa pria
dan wanita adalah pekerja yang lebih baik. Hanya di bidang absensi sering
ditemukan perbedaan. Wanita memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi. Tetapi
lebih memperhatikan pada anak-anak, orang tua, dan pasangan sakit di dominasi
wanita. Tingkat absensi lebih tinggi dari wanita disebabkan peran mengasuh
mereka (Gibson et al, 2008:130).
Keragaman adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan variasi budaya, etnis, dan ras dalam suatu populasi. Untuk
mengelola tenaga kerja dengan keragaman budaya yang semakin meningkat akan
mensyaratkan kelenturan, pengenalan perbedaan individu, dan peningkatan
kesadaran perbedaan latar belakang budaya (Gibson et al, 2008:131).
Aspek dari variabel psikologi adalah persepsi. Persepsi
adalah proses kognitif individu dalam memilih, mengatur, menyimpan, dan
menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
Oleh karena setiap orang memberi arti dalam setiap rangsangan, individu berbeda
dalam melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. Cara seorang pekerja
dalam melihat keadaan sering kali mempunyai arti yang lebih banyak untuk
mengerti perilaku daripada keadaan itu sendiri (Gibson et al, 2008:133-134).
Aspek dari variabel psikologi yang kedua adalah Sikap.
Sikap merupakan determinan perilaku sebab yang berkaitan dengan persepsi,
kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negatif
atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap
orang, obyek-obyek dan keadaan (Gibson et al, 2008:144).
Aspek dari variabel psikologi yang ketiga adalah
kepribadian. Kepribadian merupakan himpunan karakteristik dan kecendrungan yang
stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang.
Kepribadian dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor sosial. Tinjauan
determinan yang membentuk kepribadian menunjukkan bahwa para manajer mempunyai
sedikit kendali terhadap determinan dan tidak ada manajer yang harus
menyimpulkan bahwa kepribadian bukan faktor penting dalam perilaku di tempat
kerja hanya karena kepribadian bukan faktor penting dalam perilaku di tempat
kerja hanya karena kepribadian dibentuk di luar organisasi. Perilaku seseorang
tidak dapat dimengerti tanpa mempertimbangkan konsep kepribadian. Pada
kenyataannya, kepribadian adalah juga saling berhubungan dengan persepsi,
sikap, belajar, dan motivasi setiap usaha untuk mengerti perilaku menjadi tidak
lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan (Gibson et al, 2008:156-157)
Aspek dari variabel psikologi yang keempat adalah
motivasi. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan
dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang
menggerakkan dan pengarahkan perilaku. Konsep motivasi digunakan untuk
menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dan untuk menunjukkan
arah tindakan. Manajer lebih suka memotivasi karyawannya secara positif agar
karyawan tersebut dapat menjalankan pekerjaannya dan karyawan yang termotivasi
akan menghasilkan pekerjaan yang memiliki kualitas yang tinggi. (Gibson et al,
2008:185).
Faktor psikologis selanjutnya adalah Kepuasan Kerja.
Menurut Gibson et al (2008:150) kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang
dipunyai individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari persepsi
mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, seperti
gaya penyelia, kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja,
dan tunjangan. Faktor psikologis yang terakhir adalah Stres kerja. Menurut
Gibson et al (2008:339), stres kerja merupakan suatu Persepsi penyesuaian,
diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan/atau proses psikologis yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan),
situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan/atau fisik
berlebihan kepada seseorang. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dari
seorang individu.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
variabel organisasi. Variabel organisasi yang pertama adalah kompensasi.
Menurut Werther dan Davis dalam Hasibuan (2009:119), kompensasi adalah apa yang
seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya ( baik
upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian
personalia). Selain itu menurut Noe (2008:4) kompensasi atau imbalan merupakan
total seluruh imbalan yang diterima karyawan sebagai pengganti jasa mereka.
Menurut Gibson (2008:301) sasaran utama program imbalan
adalah menarik yang berkualifikasi untuk bergabung dalam organisasi,
mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja, dan memotivasi karyawan mencapai
prestasi tinggi. Diharapkan bahwa setiap paket imbalan sebaiknya cukup
memuaskan kebutuhan dasar (seperti makanan, tempat tinggal, pakaian), dipandang
wajar, dan berorientasi pada individu.
Variabel organisasi yang kedua adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan (leadership) dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memengaruhi suatu kelompok guna
Daftar Pustaka :
- Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja – Edisi Ketiga, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
- Robbins, Stephen, dan Timothy A., Judge, 2008, “Perilaku Organisasi, Organizational Behaviour”, Buku Terjemahan, Jakarta : Gramedia.
- Mangkunegara, Anwar Prabu, 2011, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
- Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., dan Donnelly, J. H., (2008), Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses, Jakarta : Binapura Aksara Publisher.